Jumat, 10 April 2009

Lass Bicara Soal Mourinho dan Wenger

Usianya masih relatif muda, tapi pengalamannya tidak kalah dengan pemain lain. Lassana Diarra, 24 tahun, sering sekali gonta-ganti klub. Dalam empat tahun saja ia sudah empat kali membela klub berlainan. Jika di tambah Le Havre, klub pertama dalam kariernya, Real Madrid merupakan klub kelima yang dibelanya.

Perjalanannya meretas jalan tidak mudah. Hijrah ke Inggris pada 2005, Diarra bergabung dengan Chelsea. Tidak lama lantaran dua tahun kemudian ia menyebrang ke Arsenal. Sebelum ke Madrid ia sempat mengecap pengalaman bermain untuk Portsmouth.

Di Chelsea ia diproyeksikan menggantikan Claude Makelele. Tapi walaupun fisik Makelele digerus umur, kesempatan tampil reguler tidak juga diperolehnya. Ia bahkan sempat bermain di barisan pertahanan. Karena itulah ia buru-buru mengiyakan pinangan The Gunners. Arsene Wenger jadi alasan utama mengapa ia menyebrang dari satu ke lain klub di London tersebut.

Hanya enam bulan ia bertahan. Karena kalah bersaing dari Mathieu Flamini, enam bulan kemudian ia bernaung di Portsmouth. Di Fratton Park inilah ia mulai membangun reputasinya sebagai gelandang enerjik dan serbabisa. Ia menjadi komponen vital tim asuhan Harry Redknapp yang menjuarai Piala FA.

Permainannya di Pompey membuat Madrid kesengsem. Juande Ramos yang baru diangkat sebagai pelatih Los Blancos membawa serta Diarra. Toh, Ramos tahu rapor baik Diarra di Liga Premier. Madrid pun merogoh koceknya sedalam 18 juta pound musim panas lalu.

Merefleksikan pengalamannya di Inggris, Diarra mencoret Wenger dari arsitek yang pernah berjasa memoles bakatnya. Justru di sosok figur yang tadinya begitu diharapkan itulah ia mengalami kekecewaan luar biasa. Di mata pemilik 17 cap internasional, Jose Mourinho lebih berjasa dan berpengaruh.

“Saya tidak belajar apapun dari Wenger,” kata Diarra kepada The Telegraph. “Apa yang didapat darinya hanyalah membuatku meragukan kemampuan diri sendiri. Saya hanya bermain belasan kali dan tidak punya hubungan erat denganya.”

“Saya respek pada gaya melatih Wenger tapi saya lebih banyak belajar ketika ditangani Mourinho,” sebutnya. “Mourinho mengajarkan saya ‘berkelahi’ di lapangan. Ia memandang mata saya ketika berbicara dan akan mendiskusikan masalah jika ada. Wenger tidak pernah berkata sepatah kata pun hingga saya pergi.”

Terlepas dari itu Diarra kini menjelma menjadi sosok yang lebih matang di Madrid. Ia 12 kali bermain musim ini sejak ditrasfer Januari lalu, plus mencatat duia assist, dan kesemuanya sebagai starter. Ramos lebih memilihnya ketimbang Klaas-Jan Huntelaar untuk disuntikkan ke dalam skuad Liga Champions.

Minggu, 05 April 2009

selamat malam,pagi,sore dunia

hidup ini indah....hadapi dengan senyuman